..Ketulusan Sebuah Doa!

Ada seorang bocah yang ingin sekali melanjutkan sekolah tetapi orang tuanya tidak punya uang untuk membiayai sekolahnya. Lagipula ibunya sedang sakit dan membutuhkan biaya pengobatan. Akhirnya anak itu memutuskan untuk menulis surat kepada Tuhan.

Ia menulis begini,
”Kepada Yang Terhormat, Tuhan di sorga.
Tuhan yang baik, saya ingin melanjutkan sekolah, tetapi orang tua saya tidak punya uang, ibu saya juga sedang sakit dan butuh uang untuk beli obat. Tuhan saya butuh 20.000 untuk beli obat. 20.000 untuk bayar uang sekolah. 10.000 untuk seragam. 10.000 untuk beli buku. Jadi semuanya 60.000, Tuhan. Terimakasih Tuhan, saya menunggu kiriman uangnya.
Salam dari Rio kecil.”

Rio pun pergi ke kantor pos untuk mengirim suratnya. Membaca tujuan surat tersebut, petugas kantor pos merasa iba melihat Rio, sehingga ia tidak tega untuk mengembalikan atau membuangnya. Ia bingung akan dikemanakan surat itu. Akhirnya petugas pos itu menyerahkannya ke kantor polisi terdekat. Membaca isi surat itu, komandan polisi merasa iba dan menceritakan hal tersebut kepada seluruh anak buahnya. Alhasil mereka pun mengumpulkan uang untuk diberikan kepada Rio, dan terkumpullan uang sebanyak 55.000. Sang komandan memasukkan uang tersebut ke dalam amplop dan menulis keterangan, “Dari Tuhan di sorga, untuk Rio.” Lalu ia menyuruh anak buahnya untuk mengirimkan uang itu kepada Rio.

Rio senang sekali menerima uang tersebut, walaupun jumlahnya hanya 55.000 bukan 60.000. Maka Rio segera mengambil kertas dan pensil lalu menulis surat balasan kepada Tuhan. Ia menulis begini,”Tuhan, terimakasih untuk kirimannya. Tapi lain kali, kalau mau kirim uang jangan lewat polisi, karena kalau lewat polisi dipotong 5.000.” Komandan polisi kaget sekali ketika membaca surat balasan dari Rio.

Apa yang bisa kita pelajari dari cerita ini. Pertama, perbuatan kita di masa lalu, atau perbuatan keluarga kita, kelompok kita di masa lalu, bisa merusak image terhadap sesuatu yang lebih besar. Perbuatan yang tidak baik satu pribadi, bisa merusak image keluarganya. Perbuatan seorang oknum polisi, misalnya, bisa merusak corporatenya, padahal belum tentu semua berbuat seperti itu. Jadi, adalah bijaksana, bila kita hidup dan berbuat juga memikirkan keluarga kita, instansi kita, corporate kita atau kelompok kita. Apa yang kita lakukan bisa berpengaruh dan merusak nama baik keluarga kita, atau kelompok yang lebih besar lagi.

Pelajaran kedua, bila berkomunikasi, sebaiknya apa adanya dan langsung. Seandainya saja polisi menulis surat bahwa ini bukan dari Tuhan tapi berkat Tuhan melalui polisi, sekalipun jumlahnya kurang, tentu Rio akan memeluk dan mencium mereka tanda terimakasih. Sesuatu menjadi salah, karena komunikasi yang tidak langsung, komunikasi yang tidak apa adanya, sehingga orang sering tafsir menafsir yang akhirnya terjadi tafsiran yang keliru dan masalah menjadi runyam, karena komunikasi yang tidak sampai. Karena itu, jadilah bijak dengan bertindak bijak.

Source: Facebook

No comments:

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Powered by Blogger.