Kesetiaan Tuhan!

Sebagai seorang Kristen, waktu aku kuliah di Amerika Serikat, hartaku hanya sedikit. Demikian pula dalam hal kehormatan, namun aku dengan lantang bersaksi di antara teman-temanku tentang Kristus, berdebat dengan pengikut agama lain tentang kebenaran kekristenan, dan melakukan perjalanan ke berbagai tempat dan belajar di bawah pengawasan pemberita Injil terkenal. Aku membaca buku dan mendengar khotbah selama berjam-jam, namun demikian aku masih lapar akan Kristus. Saat itu aku belum terlalu matang dan aku tidak tahu jalan-jalan-Nya serta seringkali melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, namun aku sangat bersemangat dan dalam benakku hanya ada Kristus. Karena keyakinanku, aku kehilangan sebagian besar temanku, namun aku bersedia membayar harga apapun untuk Kristus. Tidak dapat dipungkiri bahwa masa-masa itu adalah masa paling damai dalam hidupku. Aku mengalami berkat Allah dalam banyak bidang. Aku tidak khawatir tentang apapun karena aku tahu bahwa Allah akan memeliharaku.

Awalnya aku berencana untuk menetap di Amerika Serikat, namun Allah memanggilku kembali ke Hong Kong dan China, sehingga aku harus kembali ke sana. Itulah yang terjadi sepuluh tahun lampau. Namun demikian, sekembalinya aku ke Hong Kong, secara bertahap aku mulai kehilangan semangat – ketidakgentaran dan kesediaan melakukan apapun demi Kristus – yang aku miliki pada saat berada di Amerika Serikat. Pada awal kembalinya aku ke Hong Kong, gereja tempat aku melayani dengan sepenuh hati mengikuti ajaran sesat. Kesalahannya begitu ekstrim sehingga pada dasarnya berubah menjadi kultus, dan aku tidak punya pilihan lain kecuali meninggalkan gereja. Ini adalah pukulan besar bagi kehidupan kekristenanku yang masih hijau.

Setelah meninggalkan gereja, aku juga kehilangan teman terbaikku. Dialah yang pertama kali membawaku kepada Kristus. Dengan demikian aku terjatuh ke dalam kemelaratan rohani, karena inilah pertama kali dalah hidupku aku tidak punya gereja atau orang percaya lain yang mendukungku. Mereka yang bekerja bersamaku pada waktu aku masih kuliah telah meninggalkan kasih awal mereka dan menjauh dari Allah. Aku juga mulai tunduk pada tekanan dan materialism di Hong Kong dan akhirnya aku menyerah pada dunia. Aku tahu jalan yang benar, namun aku dicobai oleh nafsu dunia. Aku mulai iri terhadap keberhasilan dunia dan ditarik menjauh dari Kristus yang aku kasihi. Namun terbalik dari ketidaksetiaanku, Allah terus menjagaku sehingga aku tidak sepenuhnya jatuh.

Sejak saat itu, aku bertemu dengan seorang lain yang menjadi teman karibku dan sahabat yang terdekat. Namun akhir-akhir ini, aku juga kehilangan dia (perempuan) juga. Aku dapat mengandalkannya, berbagi hidupku dengannya, dan rela berkorban apapun baginya. Namun demikian, akhirnya dia begitu dikalahkan oleh ketidakpercayaannya, ketidakhormatannya pada Allah, serta kasihnya pada dunia, dan akhirnya meninggalkan aku.

Pada saat semua ini terjadi, aku menangis dan meratap sampai aku kehabisan air mata. Dia mengajukan berbagai pertanyaan tentang jalur yang aku tempuh: Mengapa kita harus mengambil jalan sunyi ini? Mengapa kita tidak menurunkan standar Allah? Mengapa kita perlu percaya dan menaati semua yang dikatakan Alkitab? Andaikata kita mengambil jalan yang mudah dan mengendurkan standar Allah, kita dapat hidup berdampingan dengan damai dengan mereka yang menyebut diri Kristen, serta orang tidak percaya, karena Allah akan mengampuni setiap dosa.

Awalnya aku dicobai untuk berpikir kalau [selama ini] aku telah menjalani hidup yang sia-sia. Haruskah aku tetap berada pada jalan sempit ini dan tidak memilih jalur yang lebih mudah yang telah dipilih orang lain? Namun Allah menyelamatkan aku dari jalan kebinasaan,sehingga setelah pertimbangan yang matang aku mengambil kesimpulan bahwa orang-orang itu memang menolak menyangkal diri dan mengikuti Kristus seperti yang diharuskan-Nya bagi semua murid-Nya. Aku bersyukur pada Allah atas belas kasihan-Nya yang tidak pernah meninggalkan aku. Sikap temanku (perempuan) yang meremehkan Firman Allah menunjukkan bahwa dia tidak mengasihi Allah. Namun Allah menggunakan semua yang terjadi untuk menghidupkan imanku dan memperbaharui ketergantunganku pada-Nya. Tidak ada apapun di dunia ini yang kepadanya aku bergantung kecuali pada setiap firman yang keluar dari Allah melalui Alkitab – inilah satu-satunya dasar yang dapat diandalkan dan tidak berubah.

Pada saat pertama kali aku datang pada Kristus, aku berjanji pada Allah bahwa aku akan mengikuti Dia apapun yang terjadi. Namun aku telah menjadi lemah setelah mengalami kemunduran dan keputusasaan selama bertahun-tahun, sehingga aku ingin menjalani hidup yang nyaman sama seperti orang lain. Aku kehilangan semangat untuk bekerja bagi kerajaan Allah – aku penat secara rohani dan kehilangan tenaga untuk meneruskan pertandingan. Aku tidak dapat lagi memenuhi panggilan Allah dalam hidupku dan dengan senang hati membiarkan orang lain melakukannya [menggantikan aku].

Pada saat inilah ada seorang saudara dalam Kristus yang menantang aku untuk memikul salibku dan kembali pada pelayanan Kristus. Seperti Musa di depan semak yang menyala, aku telah kehilangan semua semangat dan kepercayaan untuk memenuhi panggilanku. Namun Allah membuatku sadar bahwa panggilan itu belum dihapus. Aku telah berdosa. Aku lelah. Aku telah meninggalkan Dia. Namun ketika tampkanya semua tersesat, Allah mengangkat aku dari lubang kebinasaan rohani dan memberiku kekuatan lagi.

Saat ini aku tidak memiliki apa-apa, namun aku merasa bebas. Aku telah menyerahkan "semua kuatiranku pada TUHAN " (Mazmur 55:22), dan seperti yang Yesus katakan, kuk-Nya enak dan bebannya tingan (Matius 11:30). Aku telah kembali pada kemurnian yang aku miliki pada saat pertama kali aku datang kepada Kristus – roh yang bebas dari iri hati dan persaingan serta kesediaan untuk mengasihi Allah dengan segenap hatiku dan jiwaku.

Pada saat aku bingung, aku akan memandang pada raksasa ini dalam Ibrani 11. Banyak dari mereka yang juga menjalani hidup yang sepi, namun mereka tetap berpegang pada iman, dan tetap berpengharapan walaupun berada di tengah-tengah kesulitan. Kehidupan dan Mazmur Daud memberi banyak dorongan padaku. Ada saat dimana dia pernah lemah, dan harus menjalani kesulitan dalam waktu lama. Dia seringkali dicobai dan melakukan dosa besar yang menyedihkan. Namun setiap saat dia jatuh, dia langsung mencari Allah demi pengampunan dan kekuatan untuk berdiri kembali. Seperti kata Amsal 24:16, "Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun dia bangun kembali, tetapi orang fasik roboh dalam bencana."

Sekarang aku paham bahwa manusia lamaku telah mati, dan seorang mati tidak punya keinginan. Jadi kasih Allahlah yang membawaku kepada Kristus, dan karena aku telah diselamatkan oleh darah Yesus, aku tidak boleh lagi hidup untuk diri sendiri, namun bagi Kristus. Aku menaruh harapanku pada Kristus, dan tujuan hidupku adalah menjadi saksi kasih Nya.

Tuhan, berikan aku kekuatan untuk mengatasi kelemahanku, sehingga aku mengasihi-Mu dengan hati yang murni, demi menyelesaikan perjalanan imanku dan mendapatkan upah rohani
 
Diterjemahkan Ma Kuru dari: http://www.vincentcheung.com/2008/03/30/my-spiritual

No comments:

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Powered by Blogger.