...Tuhan tidak memberikan Cobaan Melebihi Kekuatan Kita.....
Tuhan tidak memberikan kita cobaan lebih dari yang kita mampu.
Banyak orang bilang demikian, bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi apa yang kita mampu. Tapi tidak bisa saya pungkiri, bahwa kenyataannya ada saja orang yang gagal dalam melalui cobaan.
Sebagai contoh di lingkungan saya ada sepasang suami istri yang rajin dan tekun berdoa. Mereka juga aktif dalam kegiatan menggereja. Bahkan turut ambil peranan dalam pembangunan gereja katolik di lingkungan saya. Tapi suatu ketika sang istri terserang penyakit dan akhirnya meninggal. Mungkin sang suami tidak sanggup melihat kenyataan yang Tuhan berikan di depan matanya. Di mana ia begitu banyak membantu Tuhan, bahkan dalam pembangunan gerejaNya. Tapi kini ia harus dihadapi pada kenyataan pahit bahwa ia harus kehilangan istrinya. Sehingga tidak lama kemudian sang suami yang telah ditinggal istrinya ini memilih untuk berpindah keyakinan/agama. Ironis, padahal banyak orang bilang Tuhan mencobai tidak akan melebihi batas kemampuan orang tersebut.
Dan yang jadi permenungan saya kali ini adalah sepasang suami istri yang lain. Sepasang suami istri yang latar belakangnya tidak jauh berbeda dengan pasangan yang saya ceritakan pertama kali. Sepasang suami istri yang ulet dalam kegiatan-kegiatan menggereja. Dan punya peranan besar dalam pembangunan gereja bahkan sekolah katholik yang kini cukup terkenal di lingkungan saya. Pasangan suami istri ini begitu tekun hidup dalam jalan Tuhan. Mereka banyak membantu sesama yang hidup dalam kesusahan. Hidup dalam kesederhanaan. Dikaruniai 4 orang anak yang kini telah beranjak dewasa, kehidupan mereka begitu damai setidaknya sampai beberapa tahun belakangan ini. Sampai sang suami di vonis menderita penyakit ginjal yang membuatnya harus terus-menerus melakukan cuci darah. Penyakit ini telah menguras habis hampir seluruh kekayaan keluarga ini. Bahkan anak terkecilnya pun sampai tidak sanggup lagi untuk meneruskan kuliahnya dan akhirnya kini memilih untuk berhenti dan mencari kerja. Sementara anaknya yang lain sudah berkeluarga dan harus mengurus anak-anak mereka yang masih kecil.
Kepedihan menyayat hati saya mendengar keadaan yang dialami keluarga ini. Bagaimana mungkin? Mereka begitu rajin berdoa, begitu rajin ke gereja, hidup dalam nama Yesus, menolong orang-orang yang kesusahan, dan saya sendiri bisa merasakan ketulusan hati mereka dalam setiap perbuatan baiknya. Namun bagaimana mungkin kini mereka harus bernasib seperti demikian? Keluarga yang dulunya banyak memberi, kini harus meminta-minta uang sumbangan sekedar untuk mencuci darah. Dan menjaga nyawa sang suami yang meskipun jelas kita ketahui sudah tidak berumur panjang lagi. Bahkan tidak ada harapan. Hanya menunggu waktu.
Beberapa orang akan berpikir. "Ah, orang yang sudah tidak ada harapan begitu, lebih baik mati saja. Hanya makan duit. Bikin susah." Pada awalnya saya juga berpikir demikian. Harapan sudah tidak ada untuk apalagi hidup? Namun bunuh diri jelas bukan jalan yang Tuhan berikan ataupun ijinkan. Kalau saya bertolak dari cara berpikir mereka saya juga tidak mungkin membiarkan sang suami mati. Apapun sang istri akan lakukan untuk memperpanjang hidup sang suami.
Melihat sisi tragis seperti ini membuat saya berpikir sejenak. Mengapa Tuhan membiarkan anaknya menderita seperti ini? Well, memang tidak hanya cerita sepasang suami istri ini saja yang saya yakini mengalami hal serupa. Saya yakin ada banyak di luar sana. Peristiwa dimana anak Tuhan menderita dan tersiksa dalam kehidupan hari-harinya di dunia.
Apakah menjadi seorang kristen berarti kita akan jauh dari penderitaan? Apakah dengan menjadi kristen kita akan bebas dari segala yang jahat? Apakah dengan berdoa berarti segala keinginan kita akan dikabulkan? Apakah menjadi kristen berarti kita akan hidup dalam kecukupan bahkan kelimpahan? Saya seorang yang buta bila berpikir seperti demikian. Dari kisah suami istri ini saya belajar sesuatu. Bahwa menjadi pengikut Kristus bukanlah kehidupan enak dan gemerlap yang Tuhan tawarkan. At least, tidak di dunia ini.
Saya bisa melihat bahwa Tuhan begitu mencintai sepasang suami istri itu. Begitu dalamnya cinta Tuhan kepada mereka, hingga Ia memberikan cobaan yang begitu besar. Yang mungkin mereka tidak sanggup untuk melaluinya. Tapi seperti kita percaya kepadaNya, Tuhan pun begitu percaya kepada kita. Bahwa ujian yang Ia berikan tidak akan sampai membuat kita jatuh tidak terbangun lagi. Kebahagiaan yang sejati tidak akan kita temukan di dunia ini. Kebahagiaan sejati kita temukan di sana. Tidak semua orang sanggup melihat rupa Tuhan. Namun pasangan suami istri itu saya yakini akan melihat lebih dari sekedar rupa Tuhan. Mereka akan melihat wajah Tuhan yang tersenyum dengan luar biasa bangga dan kemudian berkata,"Sesungguhnya kamu adalah anak yang kukasihi."
Terima kasih Tuhan atas segala cobaan yang Kau berikan pada hari ini. Terima kasih Tuhan karena Engkau selalu ada bersamaku melalui cobaan-cobaan ini. Aku bersyukur atas segala cobaan yang kau berikan. Karena cobaan-cobaan itu membuatku kuat dari hari ke hari. Semakin berat cobaan yang Kau berikan semakin kusadari besarnya cintaMu kepadaku. Dan aku tidak akan mengecewakanMu Tuhan. Karena aku juga ingin melihat Kau tersenyum bangga kepadaKu dan berkata bahwa aku juga anakMu yang Kau kasihi.
Source: Facebook
Banyak orang bilang demikian, bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi apa yang kita mampu. Tapi tidak bisa saya pungkiri, bahwa kenyataannya ada saja orang yang gagal dalam melalui cobaan.
Sebagai contoh di lingkungan saya ada sepasang suami istri yang rajin dan tekun berdoa. Mereka juga aktif dalam kegiatan menggereja. Bahkan turut ambil peranan dalam pembangunan gereja katolik di lingkungan saya. Tapi suatu ketika sang istri terserang penyakit dan akhirnya meninggal. Mungkin sang suami tidak sanggup melihat kenyataan yang Tuhan berikan di depan matanya. Di mana ia begitu banyak membantu Tuhan, bahkan dalam pembangunan gerejaNya. Tapi kini ia harus dihadapi pada kenyataan pahit bahwa ia harus kehilangan istrinya. Sehingga tidak lama kemudian sang suami yang telah ditinggal istrinya ini memilih untuk berpindah keyakinan/agama. Ironis, padahal banyak orang bilang Tuhan mencobai tidak akan melebihi batas kemampuan orang tersebut.
Dan yang jadi permenungan saya kali ini adalah sepasang suami istri yang lain. Sepasang suami istri yang latar belakangnya tidak jauh berbeda dengan pasangan yang saya ceritakan pertama kali. Sepasang suami istri yang ulet dalam kegiatan-kegiatan menggereja. Dan punya peranan besar dalam pembangunan gereja bahkan sekolah katholik yang kini cukup terkenal di lingkungan saya. Pasangan suami istri ini begitu tekun hidup dalam jalan Tuhan. Mereka banyak membantu sesama yang hidup dalam kesusahan. Hidup dalam kesederhanaan. Dikaruniai 4 orang anak yang kini telah beranjak dewasa, kehidupan mereka begitu damai setidaknya sampai beberapa tahun belakangan ini. Sampai sang suami di vonis menderita penyakit ginjal yang membuatnya harus terus-menerus melakukan cuci darah. Penyakit ini telah menguras habis hampir seluruh kekayaan keluarga ini. Bahkan anak terkecilnya pun sampai tidak sanggup lagi untuk meneruskan kuliahnya dan akhirnya kini memilih untuk berhenti dan mencari kerja. Sementara anaknya yang lain sudah berkeluarga dan harus mengurus anak-anak mereka yang masih kecil.
Kepedihan menyayat hati saya mendengar keadaan yang dialami keluarga ini. Bagaimana mungkin? Mereka begitu rajin berdoa, begitu rajin ke gereja, hidup dalam nama Yesus, menolong orang-orang yang kesusahan, dan saya sendiri bisa merasakan ketulusan hati mereka dalam setiap perbuatan baiknya. Namun bagaimana mungkin kini mereka harus bernasib seperti demikian? Keluarga yang dulunya banyak memberi, kini harus meminta-minta uang sumbangan sekedar untuk mencuci darah. Dan menjaga nyawa sang suami yang meskipun jelas kita ketahui sudah tidak berumur panjang lagi. Bahkan tidak ada harapan. Hanya menunggu waktu.
Beberapa orang akan berpikir. "Ah, orang yang sudah tidak ada harapan begitu, lebih baik mati saja. Hanya makan duit. Bikin susah." Pada awalnya saya juga berpikir demikian. Harapan sudah tidak ada untuk apalagi hidup? Namun bunuh diri jelas bukan jalan yang Tuhan berikan ataupun ijinkan. Kalau saya bertolak dari cara berpikir mereka saya juga tidak mungkin membiarkan sang suami mati. Apapun sang istri akan lakukan untuk memperpanjang hidup sang suami.
Melihat sisi tragis seperti ini membuat saya berpikir sejenak. Mengapa Tuhan membiarkan anaknya menderita seperti ini? Well, memang tidak hanya cerita sepasang suami istri ini saja yang saya yakini mengalami hal serupa. Saya yakin ada banyak di luar sana. Peristiwa dimana anak Tuhan menderita dan tersiksa dalam kehidupan hari-harinya di dunia.
Apakah menjadi seorang kristen berarti kita akan jauh dari penderitaan? Apakah dengan menjadi kristen kita akan bebas dari segala yang jahat? Apakah dengan berdoa berarti segala keinginan kita akan dikabulkan? Apakah menjadi kristen berarti kita akan hidup dalam kecukupan bahkan kelimpahan? Saya seorang yang buta bila berpikir seperti demikian. Dari kisah suami istri ini saya belajar sesuatu. Bahwa menjadi pengikut Kristus bukanlah kehidupan enak dan gemerlap yang Tuhan tawarkan. At least, tidak di dunia ini.
Saya bisa melihat bahwa Tuhan begitu mencintai sepasang suami istri itu. Begitu dalamnya cinta Tuhan kepada mereka, hingga Ia memberikan cobaan yang begitu besar. Yang mungkin mereka tidak sanggup untuk melaluinya. Tapi seperti kita percaya kepadaNya, Tuhan pun begitu percaya kepada kita. Bahwa ujian yang Ia berikan tidak akan sampai membuat kita jatuh tidak terbangun lagi. Kebahagiaan yang sejati tidak akan kita temukan di dunia ini. Kebahagiaan sejati kita temukan di sana. Tidak semua orang sanggup melihat rupa Tuhan. Namun pasangan suami istri itu saya yakini akan melihat lebih dari sekedar rupa Tuhan. Mereka akan melihat wajah Tuhan yang tersenyum dengan luar biasa bangga dan kemudian berkata,"Sesungguhnya kamu adalah anak yang kukasihi."
Terima kasih Tuhan atas segala cobaan yang Kau berikan pada hari ini. Terima kasih Tuhan karena Engkau selalu ada bersamaku melalui cobaan-cobaan ini. Aku bersyukur atas segala cobaan yang kau berikan. Karena cobaan-cobaan itu membuatku kuat dari hari ke hari. Semakin berat cobaan yang Kau berikan semakin kusadari besarnya cintaMu kepadaku. Dan aku tidak akan mengecewakanMu Tuhan. Karena aku juga ingin melihat Kau tersenyum bangga kepadaKu dan berkata bahwa aku juga anakMu yang Kau kasihi.
Source: Facebook
No comments:
Note: Only a member of this blog may post a comment.