.....Kepekaan
Ayub adalah seorang anak yatim piatu. Ia tinggal bersama bibinya di satu kamar diatas loteng toko yang sudah tua.
Suatu malam ketika mereka sedang tidur, terjadi kebakaran di toko tersebut. Lonceng tanda bahaya dibunyikan dan
kemudian orang-orang datang untuk menolong. Pendeta juga datang ke lokasi tersbut. Saat mereka bekerja keras
memadamkan api, tiba-tiba terdengar teriakan keras dari atas toko, meminta tolong. Mereka memperhatikan situasi dan melihat tidak ada jalan untuk menolong, karena tangga kayu sudah terbakar.
Tiba-tiba seorang lelaki berlari mendekati kobaran api dan memanjat tiang telepon besi yang sudah sangat panas. Dengan tangan yang sudah melepuh terbakar, laki-laki tersebut menggendong ayub turun. Sayangnya bibi ayub, tidak dapat tertolong. Dan kini ayub menjadi sebatang kara, tanpa rumah dan tanpa sanak saudara. Lalu pendeta tersebut membawa ayub pulang kerumahnya.
Keesokan harinya sang pendeta mengumpulkan orang-orang dan mengumumkan, siap yang ingin mengangkat ayub sebagai anaknya. Kebetulan, ada sepasang suami istri yang kaya raya ingin mengangkat ayub menjadi anak mereka, karena mereka masih belum mendapatkan seorang anakpun dari pernikahannya yang sudah 5 tahun lamanya. Dan mereka berjanji akan merawat dan memperlakukan ayub seperti anak mereka sendiri. Lalu kemudian datanglah
seorang lelaki yang telah menyelamatkan ayub, pada saat peristiwa kebakaran tersebut. Dia juga menginginkan ayub menjadi anak angkatnya. Kemudian, pendeta memutuskan agar memberi ayub pilihan, dan waktu untuk berfikir.
Keesokan harinya, tibalah waktu ayub untuk memilih. Pada saat ayub ingin memberikan pilihannya, lelaki yang telah menolong ayub tersebut, membuka perban ditangannya sambil menunjukkan lukannya kepada ayub. Sang pendeta berusaha mengarahkan kepada pasangan yang ingin mengangkatnya menjadi anak tersebut. Karena lelaki tersebut, sudah tidak mempercayai Kristus dan sudah tidak pernah lagi ke gereja. Dia bahkan sudah menolak Alkitab, sekalipun dahulunya, ia pernah sekolah kristen. Namun meskipun demikian, sang pendeta tetap memberikan hak penuh kepada ayub, untuk memilih.
Ayub bergumul cukup keras, dia melihat lelaki yang telah menunjukkan lukanya dan berkata "tidak maukah engkau menjadi anakku?". Setelah melihat hal itu, ayub langsung melompat dan memeluk laki-laki yang telah menyelamatkannya dan berkata "aku ingin menjadi anak bapak ini". Pendeta tersebut sedikit tertegun dan menyesalkan pilihan ayub tersebut, namun dia harus menerima keputusan ayub tersebut.
Kini ayub memiliki seorang bapak. Dia bermain ke pantai, berburu ke hutan, bermain layang-layang, bersepeda bersama dan menikmati hidup dengan senangnya. Namun, tidak pernah dibawa bapaknya ke gereja dan bapaknya tidak pernah berbicara tentang kasih Tuhan kepada ayub.
Suatu hari, ada pameran lukisan diadakan di kota mereka. Ayub dan bapaknya juga datang ke pameran tersebut. Dengan antusias bapaknya menerangkan lukisan kepada ayub. Akan tetapi, ketika mereka tiba di lukisan yang digantungkan sendiri, bapaknya mulai cemberut, lalu mengajak ayub untuk meninggalkan lukisan tersebut. Ayub menarik tangan bapaknya kembali, karena dia tertarik sekali dan terpukau melihat lukisan tersebut. Walau dengan keadaan terpaksa, bapaknya berhenti tepat dilukisan tersebut.
Ayub kemudian bertanya "Mengapa kedua tangan dan kaki Orang tersebut dipaku?, Mengapa Ia memakai mahkota duri seperti itu?, siapa Dia?". "Nama-Nya YESUS" jawab bapakanya dengan kesal. "Mengapa Dia?" tanya ayub kembali, kemudian ayahnya menjawab dengan ogah-ogahan, dia tahu kisah Yesus saat masih sekolah di sekolah kristen. "Kira-kira 2000 tahun yang lalu, Dia diseret ke pengadilan yerusalem. Orang-orang menuduh Dia melawan Tuhan. Gubernur ingin membebaskan, tapi massa berteriak, salibkan Dia. gubernur tahu Dia tidak bersalah, tapi dia tak kuasa membebaskan. Dia disiksa, dirajam, bahkan disalib seperti gambar itu. Kata orang-orang sini, Dia menebus dosa manusia di kayu salib, makanya ada yang percaya Dia Jurus'lamat atau Mesias, tapi saya tidak mempercayainya".
Ayub sungguh terharu dengan cerita tersebut, dan sepanjang perjalanan pulang ayub meminta dicertakan lagi lebih mendalam. Bahkan sebelum tidur juga ayub minta diceritakan. Dengan terpaksa, bapaknya memenuhi keinginan ayub dan kemudian menceritakannya.
Setelah selesai bercerita, kemudian ayub berkata, " Orang yang terluka Tangan-Nya itu, membuat aku teringat akan bapak yang telah menanggung panasnya tiang besi untuk menyelamatkan aku dari api, dari kematian yang ingin menghampiriku". Kemudian bapak itu bergegas meninggalkan ayub, dan kembali ke kamarnya, lalu duduk.
Kata-kata ayub terus mendengung ditelinganya. Diapun tidak dapat tidur. Dia teringat akan kasih dan ketulusannya dalam menyelamatkan ayub. Dan juga teringat ketika ia, kerumah pendeta dan ingin meminta ayub untuk menjadi anaknya.
Bagaimana jika seandainya ayub menolak untuk diselamatkan?". Bagaimana pula perasaanku, jika ayub menolak untuk menjadi anak angkatku?". Betapa kecewa dan sedihnya aku, karena ayub telah mengabaikan kebaikanku padanya, tidak menghargai apa yang telah aku lakukan, menolak kasih dan ketulusanku padanya.
Kemudian bapak itu menarik nafas dalam-dalam dan mengangguk-anguk. Aku memang telah menyelamatkan ayub, tapi kendati demikian, aku tahu pasti, ayub tetap bebas untuk menentukan pilihannya sendiri, apakah mengikut aku atau tidak. Kemudian bapak itu mengingat masa lalunya, dimana ketika sekolah ia menghafal ayat- ayat Alkitab. "Begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal ke dunia, supaya barang siapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan peroleh hidup yang kekal". " Kristus telah mati karena dosa-dosa kita". " Yesus memikul dosa kita didalam Tubuh-Nya", dan beberapa ayat lain muncul dibenaknya.
Tiba-tiba bapak itu menjadi lemas dan bergetarlah seluruh tubuhnya, "betapa bodohnya aku selama ini. Cerita penyaliban Yesus memang benar, sunguh-sunguh terjadi. Betapa sombongnya aku selama ini, sehingga tidak mau mengaku dosa. Tidak mengakui Dia, benar-benar Jurus'lamat."
Kemudian bapak itu mulai tertunduk, tangannya dilipat dan mulai berdoa: " TUHAN YESUS, aku mau menjadi anak-Mu, aku mengaku akan dosa-dosaku dan memohon ampun atas semua dosaku, aku yakin ENGKAU tidak akan meninggalkan aku. Amin"
==============
Kisah tersebut memberikan kita sebuah kisah yang luar biasa. Bagaimana sederhananya cara Tuhan, untuk mengarahkan kita pada pertobatan kita.Atas hal apa yang kita lakukan hari ini ternyata, akan membawa kita pada sebuah kenyataan hidup dan menjadi masa depan kita.
Namun, pertanyaan yang paling besar dalam hidup kita: Apakah kita sudah peka akan tuntunan/arahan Tuhan yang diberikan kepada kita?" ataukah kita hanya mengeluhkan, pertolongan Tuhan yang begitu lama dan mengeluhkan akan nasib kita yang sekarang?". Percayalah, bimbingan Tuhan dalam setiap persoalan hidup kita, sudah diturunkan-Nya, masalahanya kita yang belum peka.
Karena di saat kita mulai peka, maka kita akan melihat, betapa luar biasanya Karya TUHAN atas hidup kita dan dibalik luar biasa tersebut, ternyata begitu sederhanannya cara Tuhan dalam hidup kita.
Suatu malam ketika mereka sedang tidur, terjadi kebakaran di toko tersebut. Lonceng tanda bahaya dibunyikan dan
kemudian orang-orang datang untuk menolong. Pendeta juga datang ke lokasi tersbut. Saat mereka bekerja keras
memadamkan api, tiba-tiba terdengar teriakan keras dari atas toko, meminta tolong. Mereka memperhatikan situasi dan melihat tidak ada jalan untuk menolong, karena tangga kayu sudah terbakar.
Tiba-tiba seorang lelaki berlari mendekati kobaran api dan memanjat tiang telepon besi yang sudah sangat panas. Dengan tangan yang sudah melepuh terbakar, laki-laki tersebut menggendong ayub turun. Sayangnya bibi ayub, tidak dapat tertolong. Dan kini ayub menjadi sebatang kara, tanpa rumah dan tanpa sanak saudara. Lalu pendeta tersebut membawa ayub pulang kerumahnya.
Keesokan harinya sang pendeta mengumpulkan orang-orang dan mengumumkan, siap yang ingin mengangkat ayub sebagai anaknya. Kebetulan, ada sepasang suami istri yang kaya raya ingin mengangkat ayub menjadi anak mereka, karena mereka masih belum mendapatkan seorang anakpun dari pernikahannya yang sudah 5 tahun lamanya. Dan mereka berjanji akan merawat dan memperlakukan ayub seperti anak mereka sendiri. Lalu kemudian datanglah
seorang lelaki yang telah menyelamatkan ayub, pada saat peristiwa kebakaran tersebut. Dia juga menginginkan ayub menjadi anak angkatnya. Kemudian, pendeta memutuskan agar memberi ayub pilihan, dan waktu untuk berfikir.
Keesokan harinya, tibalah waktu ayub untuk memilih. Pada saat ayub ingin memberikan pilihannya, lelaki yang telah menolong ayub tersebut, membuka perban ditangannya sambil menunjukkan lukannya kepada ayub. Sang pendeta berusaha mengarahkan kepada pasangan yang ingin mengangkatnya menjadi anak tersebut. Karena lelaki tersebut, sudah tidak mempercayai Kristus dan sudah tidak pernah lagi ke gereja. Dia bahkan sudah menolak Alkitab, sekalipun dahulunya, ia pernah sekolah kristen. Namun meskipun demikian, sang pendeta tetap memberikan hak penuh kepada ayub, untuk memilih.
Ayub bergumul cukup keras, dia melihat lelaki yang telah menunjukkan lukanya dan berkata "tidak maukah engkau menjadi anakku?". Setelah melihat hal itu, ayub langsung melompat dan memeluk laki-laki yang telah menyelamatkannya dan berkata "aku ingin menjadi anak bapak ini". Pendeta tersebut sedikit tertegun dan menyesalkan pilihan ayub tersebut, namun dia harus menerima keputusan ayub tersebut.
Kini ayub memiliki seorang bapak. Dia bermain ke pantai, berburu ke hutan, bermain layang-layang, bersepeda bersama dan menikmati hidup dengan senangnya. Namun, tidak pernah dibawa bapaknya ke gereja dan bapaknya tidak pernah berbicara tentang kasih Tuhan kepada ayub.
Suatu hari, ada pameran lukisan diadakan di kota mereka. Ayub dan bapaknya juga datang ke pameran tersebut. Dengan antusias bapaknya menerangkan lukisan kepada ayub. Akan tetapi, ketika mereka tiba di lukisan yang digantungkan sendiri, bapaknya mulai cemberut, lalu mengajak ayub untuk meninggalkan lukisan tersebut. Ayub menarik tangan bapaknya kembali, karena dia tertarik sekali dan terpukau melihat lukisan tersebut. Walau dengan keadaan terpaksa, bapaknya berhenti tepat dilukisan tersebut.
Ayub kemudian bertanya "Mengapa kedua tangan dan kaki Orang tersebut dipaku?, Mengapa Ia memakai mahkota duri seperti itu?, siapa Dia?". "Nama-Nya YESUS" jawab bapakanya dengan kesal. "Mengapa Dia?" tanya ayub kembali, kemudian ayahnya menjawab dengan ogah-ogahan, dia tahu kisah Yesus saat masih sekolah di sekolah kristen. "Kira-kira 2000 tahun yang lalu, Dia diseret ke pengadilan yerusalem. Orang-orang menuduh Dia melawan Tuhan. Gubernur ingin membebaskan, tapi massa berteriak, salibkan Dia. gubernur tahu Dia tidak bersalah, tapi dia tak kuasa membebaskan. Dia disiksa, dirajam, bahkan disalib seperti gambar itu. Kata orang-orang sini, Dia menebus dosa manusia di kayu salib, makanya ada yang percaya Dia Jurus'lamat atau Mesias, tapi saya tidak mempercayainya".
Ayub sungguh terharu dengan cerita tersebut, dan sepanjang perjalanan pulang ayub meminta dicertakan lagi lebih mendalam. Bahkan sebelum tidur juga ayub minta diceritakan. Dengan terpaksa, bapaknya memenuhi keinginan ayub dan kemudian menceritakannya.
Setelah selesai bercerita, kemudian ayub berkata, " Orang yang terluka Tangan-Nya itu, membuat aku teringat akan bapak yang telah menanggung panasnya tiang besi untuk menyelamatkan aku dari api, dari kematian yang ingin menghampiriku". Kemudian bapak itu bergegas meninggalkan ayub, dan kembali ke kamarnya, lalu duduk.
Kata-kata ayub terus mendengung ditelinganya. Diapun tidak dapat tidur. Dia teringat akan kasih dan ketulusannya dalam menyelamatkan ayub. Dan juga teringat ketika ia, kerumah pendeta dan ingin meminta ayub untuk menjadi anaknya.
Bagaimana jika seandainya ayub menolak untuk diselamatkan?". Bagaimana pula perasaanku, jika ayub menolak untuk menjadi anak angkatku?". Betapa kecewa dan sedihnya aku, karena ayub telah mengabaikan kebaikanku padanya, tidak menghargai apa yang telah aku lakukan, menolak kasih dan ketulusanku padanya.
Kemudian bapak itu menarik nafas dalam-dalam dan mengangguk-anguk. Aku memang telah menyelamatkan ayub, tapi kendati demikian, aku tahu pasti, ayub tetap bebas untuk menentukan pilihannya sendiri, apakah mengikut aku atau tidak. Kemudian bapak itu mengingat masa lalunya, dimana ketika sekolah ia menghafal ayat- ayat Alkitab. "Begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal ke dunia, supaya barang siapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan peroleh hidup yang kekal". " Kristus telah mati karena dosa-dosa kita". " Yesus memikul dosa kita didalam Tubuh-Nya", dan beberapa ayat lain muncul dibenaknya.
Tiba-tiba bapak itu menjadi lemas dan bergetarlah seluruh tubuhnya, "betapa bodohnya aku selama ini. Cerita penyaliban Yesus memang benar, sunguh-sunguh terjadi. Betapa sombongnya aku selama ini, sehingga tidak mau mengaku dosa. Tidak mengakui Dia, benar-benar Jurus'lamat."
Kemudian bapak itu mulai tertunduk, tangannya dilipat dan mulai berdoa: " TUHAN YESUS, aku mau menjadi anak-Mu, aku mengaku akan dosa-dosaku dan memohon ampun atas semua dosaku, aku yakin ENGKAU tidak akan meninggalkan aku. Amin"
==============
Kisah tersebut memberikan kita sebuah kisah yang luar biasa. Bagaimana sederhananya cara Tuhan, untuk mengarahkan kita pada pertobatan kita.Atas hal apa yang kita lakukan hari ini ternyata, akan membawa kita pada sebuah kenyataan hidup dan menjadi masa depan kita.
Namun, pertanyaan yang paling besar dalam hidup kita: Apakah kita sudah peka akan tuntunan/arahan Tuhan yang diberikan kepada kita?" ataukah kita hanya mengeluhkan, pertolongan Tuhan yang begitu lama dan mengeluhkan akan nasib kita yang sekarang?". Percayalah, bimbingan Tuhan dalam setiap persoalan hidup kita, sudah diturunkan-Nya, masalahanya kita yang belum peka.
Karena di saat kita mulai peka, maka kita akan melihat, betapa luar biasanya Karya TUHAN atas hidup kita dan dibalik luar biasa tersebut, ternyata begitu sederhanannya cara Tuhan dalam hidup kita.
No comments:
Note: Only a member of this blog may post a comment.